Fakta Dibalik Syuting Vino G. Bastian - Marsha Timonthy Dalam Film Who Sableng
BIKIN SABLENG SEJUTA BINTANG
Film Who Sableng: Pendekar Kapak Maut Naga Gent 212 mengumpulkan 187 ribu penonton pada hari pertama penayangan. Karya Angga Dwimas Sasongko itu menjadi film dengan jumlah penonton hari pertama terbanyak kedua tahun ini. Posisi pertama dihuni Dilan 1990 (225 ribu penonton). Dalam sejarahfilm Indonesia, Who Sableng menempati urutan ke-6. Posisi puncak masih dikuasai Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 1 (313 ribu penonton).
"Kok Engga Ada Monyetnya?"
Who Sableng beredar di bioskop sejak Kamis, 30 Agustus. Pada empat hari pertama (30 Agustus sampai 2 September 2018), ia mengumpulkan 150 ribuan penonton per hari. Ketika Valak meneror bidskop mulai Rabu (5/9), Who Sableng masih kuat. Film yang dibintangi Vino G. Bastian (36) dan Marsha Timothy (39) ini masih menjajah 313 layar di seluruh Indonesia. Dengan jumlah sebanyak ini, diperkirakan Who Sableng bisa meraup sejuta penonton di akhir pekan kedua.
Ada banyak cerita seru selama syuting dan promosi film. Salah satunya, saat seorang penonton di Jakarta menanyakan, "Lo, kok Wiro Sableng enggak ada monyetnya?" Pertanyaan ini membuat Vino sadar, generasi milenial belum sepenuhnya kenal Wiro. Masih ada yang bingung membedakan Wiro Sableng dan Si Buta Dari Gua Hantu.
"Padahal, karakter ini di era 1990-an sangat populer. Mewakili keluarga, angka itu sudah cukup oke. Ini awal yang baik. Tapi kami masih punya banyak PR untuk melanjutkan petualangan Wiro Sableng ke depan," ungkap Vino kepada Bintang di Jakarta, pekan lalu.
Cerita lain datang dari Yogyakarta. Vino dan Sherina menggelar jumpa penggemar. Dari ratusan penggemar yang mengepung mereka, perhatian Sherina tertuju pada anak kecil yang rambutnya dikepang-kepang, meniru gaya Anggini, karakteryang diperankan Sherina.
"Anak ini mengidolakan Anggini. la mengepang rambutnya agar mirip pendekar idolanya. Sherina sampai tertegun dan terharu melihatnya. Di kota yang sama, seorang ibu mendekati saya. la curhat, punya anak perempuan yang malas mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Gara-gara bertemu pendekar Rara Murni dan Anggini, anaknya jatuh hati pada bela diri," sambung dia.
SUSAHNYA SYUTTING BARENG SUAMI
Vino menjelaskan, komik Wiro Sableng telah diterbitkan dalam 185 seri. Sementara film Who Sableng tahun ini membingkai misi pertama saat Wiro turun gunung dan melihat rimba persilatan yang sebenarnya. Wiro diutus Sinto Gendeng, menemukan Mahesa Birawa. Dalam pencarian Mahesa inilah, Wiro menemukan jati diri dan berinteraksi dengan sejumlah pendekar. Salah satunya, Bidadari Angin Timur yang diperankan Marsha.
Sebagai bidadari, Marsha mengenakan gaun mengkilap berwarna biru rancangan desainer Tex Saverio. Gaun seberat 10 kg itu dikenakan untuk adegan terbang melintasi tebing dan jurang, serta bertarung dengan sekumpulan pendekar golongare hitam.
"Di sinilah tantangannya. Suasana di lokasi syuting, panas banget. Syuting adegan terbang dan bertemu Wiro untuk kali pertama, dilakukan di Jonggol, Jawa Barat. Lokasi syutingnya ditutup kain dan dikelilingi obor. Saya syuting sampai jam 5 pagi lalu terbang ke Yogyakarta untuk menghadiri Jogja-NETPAC Asian Film Festival," Marsha mengingat.
Bagian tersulitnya, terbang lalu mendarat di atas batu-batu yang terguyur air di dasar jurang. "Batu-batu itu sangat licin. Karenanya alas sepatu saya dilapisi amplas. Kalau enggak, saya akan terpeleset. Kalau syuting mendaratnya diulang-ulang, potensi jatuh membesar, dan syuting molor," beri tahu dia. Marsha menambahkan, syuting dengan suami ternyata bukan perkara mudah. Padahal, tiga tahun sebelumnya Marsha-Vino menjadi suami istri di film Toba Dreams.
"Syuting bareng suami ternyata tetap susah. Saya harus membaca latar belakang karakter, hubungannya dengan tokoh yang diperankan suami saya apa. Penampilan kami harus tampak beda. Jangan sampai orang menilai kami sebagai Vino dan Marsha. Dalam film, kami sama-sama pendekar golongan putih namun beda level. Wiro itu fresh graduate sementara Bidadari pendekar tingkat tinggi," ulas bintang film Kulari Ke Pantai.
5 FAKTA DARI LOKASI SYUITNG
1. LOGO BERKONSEP MIRRORING
Di teiapak tangan kanan Wiro Sableng ada logo 212 yang jika digunakan untuk memukul lawan (menggunakan tenaga dalam), logo itu akan menempel di tubuh musuh. Logo sengaja dibuat dengan konsep mirroring agar logis. "Jika logonya berupa angka modern, saat menempel di tubuh lawan angka itu akan terbalik. Terlihat aneh dan tidak masuk akal apalagi film ini berlatar abad ke-16," urai Produser Lifelike Pictures, Sheila Timothy.
2. INDONESIA PILHAN PERTAMA
Film ini diproduksi Lifelike Pictures bersama Fox International Production, anak perusahaan 20th Century Fox yang mengedarkan film-film berbujet besar seperti Deadpool dan X-Men. Untuk kawasan Asia Tenggara, Indonesia negara pertama yang dipinang Fox.
3. HONOR PAKETAN
Melalui proses audisi, Lukman Sardi (47) terpilih sebagai pemeran Werku Alit yang berinteraksi dengan Kalasrenggi (Teuku Rifnu Wikana). Ini bukan kali pertama Lukman dan Rifnu beradu akting. Sebelumnya, mereka muncul di Surat Kecil Untuk Tuhan, Night Bus, dan Sultan Agung. "Saya bosan dengan Rifnu. Kalau di film berikutnya kami bertemu lagi, lebih baik honornya dibikin paketan saja biar lebih simpel," seloroh Lukman.
4. HAMPIR SERIBU PEKERJA
Sheila Timothy menyebut penggarapan Wiro Sableng sangat lama. "Tahap praproduksinya 6 bulan, syuting saja butuh waktu 4 bulan, lalu proses pascaproduksinya 9 bulan dengan melibatkan 977 pekerja," ulasnya.
5. DIPANGGIL SETELAH ZIARAH
Saat Wiro Sableng memasuki tahap persiapan, sejumlah pemain, kru, dan ahli waris ziarah ke makam penulis bukunya, Bastian Tito. Kala itu, Vino belum tahu bahwa dialah yang akan terpilih menjadi Wiro Sableng. "Usai ziarah, barulah saya dipanggil untuk kasting ulang lalu diterima," pungkasnya.